Jumat, 18 Januari 2013

Lagi - lagi tentang RUM

Suka gemes sama orang yang hobby ngasih obat macem - macem sama anaknya, suka gemes sama dokter yang menyesatkan , yang tidak mengedukasi pasiennya malah mencekoki pasien dengan obat - obat huftt...
Padahal sebagai orang awam kudunya kita tidak diam saja, belajar dan mengedukasi diri sendiri dengan sumber yang terpercaya tentunya. Apalagi sekarang akses internet sudah banyak memberikan kemudahan untuk belajar dan mencari ilmu.

Dulu aku juga termasuk orang sesat dalam hal kesehatan sampai teman - teman mak rempong sering sharing tentang milis sehat. Akhirnya aku join milis sehat, baca artikel kesehatan terutama tentang anak - anak, baca buku Smart Patientnya dr. Agnes dan buku - buku dr . Wati. Dari semua itu aku tercerahkan dan semangat untuk menularkan itu semua ke keluarga dan teman. Tapi tentu bukan hal mudah karena mereka dah terlanjur percaya dengan dokter yang salah, dengan puyer , dgn obat - obatan yang "manjur". Seandainya mereka tahu bahwa batuk pilek dan demam adalah alarm tubuh, seandainya mereka tahu ASI adalah yang terbaik untuk bayi mereka, seandainya mereka tahu bahwa penggunaan antibiotik yang berlebihan akan merugikan tubuh mereka sendiri, tentunya mereka akan mau menerapkan penggunaan obat secara rasional seperti yang pernah aku posting di blog sebelumnya.

Pengalaman terakhir kemarin tentang dr yang tidak RUM. Saat Fakhry sakit gigi, gusinya bengkak karena cariesnya. Seorang teman yang drg sudah akrab dengan keluarga kami sehingga anak - anak lebih nyaman untuk di rawat gigi olehnya. Pernah di bawa ke drg lain tapi anak - anak tidak nyaman. Dengan teman drg ini kami bisa konsultasi via telp, sms, bahkan dia mau datang ke rumah untuk merawat gigi anak - anak. Tapi yang disayangkan teman drg ini tidak RUM hiks. Contoh saat aku memberikan paracetamol sebagai analgesik untuk meredakan nyeri Fakhry dia bilang paracetamol tidak mengandung analgesik , hanya mengandung antiperik ajah. Dia bilang kalo SANM*L ada analgesiknya..."What ??" pikirku. Sanm*l kan isinya juga paracetamol, bedanya dia mengandung alkohol dan pake merk dagang, sedangkan paracetamol kan obat generiknya. Aku diam ajah tanpa menyela. Dia memberikan ibuprofen dengan merk Pror*s punya anaknya, aku terima tapi tidak aku pakai karena setauku ibuprofen gak boleh dipake sebelum 6 th (lupa kalo Fakhry dah 6 th hehhehe). Selanjutya dia meresepkan Clanexi sebagai obat analgesiknya, dan antibiotik Metronidazole 500gr, karena Fakhry masih anak jadi diberi 1/2 resep dengan cara tablet obat tsb dibagi 2. Duh kenapa antibiotik seeh? Aku gak tahu perlu gak pake antibiotik untuk case seperi ini, ada indikasi bakterikah??? Sempat aku lempar pertanyaan di twiter ke dr Tiwi dan  drg.ratnasari dan dengan berat hati memberikan antibiotik tsb pada Fakhry. Dan tidak berhenti disitu sodara - sodara, ternyata clanexi yang diresepkan adalah dry sirup isinya Amoxilin, #duengggg. Aku heran kenapa dia meresepkan 2 antibiotik untuk anak seumur Fakhry.

Entahlah, apa di kedokteran gigi tidak kenal RUM...tapi dokter umum pun di wilayahku ini banyak yang belum RUM, meresepkan puyer, antibiotik dengan bebasnya. Sodaraku yang orang kesehatan gampang sekali panik jika anaknya demam, suhu tubuh 37,5 derajat sudah paracetamol masuk. Sodaraku yang berkali - kali aku printkan artike kesehatan juga gampang masukkan obat batuk jika anaknya mulai batuk. Malah ada yang lebih percaya sufor lebih baik daripada ASI hiks....Tidak kasihankah mereka dengan lambung dan hati si kecil?? Mengapa menjaga daya tahan tubuh anak dengan asupan makanan bergizi seimbang tidak membuat mereka semangat?

Susah sekali merubah paradigma yang sudah terlanjur salah, apalagi aku bukan orang kesehatan, yang akan membuat mereka berpikir aku sok pinter, sok dokterlah...hadeuhhh. Biarin ajah lah, yang mau tahu tentang RUM monggo, yang tidak mau menjalankan monggo.


Rabu, 16 Januari 2013

ASI dan Penggunaan Obat Rasional

copas artikel dulu...

Bahasannya di next blog ya....lagi mepet waktu buat nulis hehheh
Artikel diambil dari http://aimi-asi.org/

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Air susu ibu (ASI) tidaklah asing lagi ditelinga kita dan semua orangtua yang mendapatkan informasi dan dukungan yang tepat pasti berharap dapat memberi ASI pada bayinya sesuai dengan standard emas pemberian makan pada bayi. Namun apakah yang dimaksud dengan penggunaan obat rasional (POR)? Apa hubungan ASI dengan POR ?
Tahukah ayah ibu sekalian, bahwa menggunakan obat secara rasional pada bayi di saat sakit ternyata amat membantu agar manfaat ASI dapat benar-benar optimal diperoleh sang bayi?
Mari kita telaah apa saja yang ada dalam standard emas makanan bayi. Yang pertama tentu Inisiasi Menyusu Dini. Selama proses IMD bayi diletakkan di dada ibu, bersentuhan kulit dengan kulit dan ketika bayi mulai berusaha mencari dia akan menjilati kulit dada dan payudara ibunya. Apakah yang didapat sang bayi dari kulit ibu: bakteri baik. Ya, di kulit kita terdapat jutaan sel bakteri baik yang melindungi kulit agar bakteri jahat dan jamur tidak tumbuh. Bakteri baik ini akan masuk ke dalam usus bayi dan berkembang biak di sana, melindungi bayi dari penyakit diare akibat bakteri jahat. Terlebih bila sang bayi lahir secara normal, ada begitu banyak bakteri baik di sepanjang jalan lahirnya. Setelah IMD, tentu dilanjutkan dengan ASI eksklusif selama 6 bulan. Setiap kali menyusu pada payudara, tentu bayi mendapat asupan bakteri baik tembahan baik lewat sentuhan mulut bayi dengan payudara maupun lewat ASI itu sendiri. Zat kekebalan yang dibawa ASI tentu bukan hanya bakteri baik, tapi ada aneka sel darah putih dengan macam-macam fungsi dalam jumlah berlimpah mulai dari anti-in26feksi, anti radang, pelapis usus, anti alergi dan sebagainya. Setelah berusia 6 bulan, bayi mulai mendapat makanan pendamping alami. Apakah yang terkandung dalam makanan pendamping alami yang tidak akan terdapat dalam makanan olahan pabirk? Enzim, vitamin dan mineral alami yang juga punya daya perlidungan luar biasa bagi bayi.
Sekarang, mari kita telaah perjalanan kesehatan bayi kita. Secara umum ketika usia 6 bulan, bayi akan mulai sakit ringan yang ditandai dengan gejala seperti batuk, pilek, demam dan diare atau muntah. Hal ini disebabkan oleh zat kekebalan dari ibu yang telah mulai menurun kadarnya, ASI yang mulai tergantikan dengan makanan pendamping ASI serta mobilitas / pergerakan bayi yang mulai meningkat. Batuk, pilek, demam dan diare dialami semua bayi karena ini adalah bagian dari tumbuh kembang bayi. Coba kita perhatikan di sekitar kita, adakah balita di atas usia 6 bulan yang sama sekali tidak pernah batuk pilek demam dan diare?
Namun, apakah yang umumnya terjadi pada bayi di saat ia sakit? Orangtua akan membawanya ke fasilitas kesehatan (dokter atau bidan) dan sepulang dari dokter / bidan orangtua akan dibekali dengan satu atau lebih obat. Puyer berisikan beberapa obat yang disatukan disertai sirup anti demam umumnya diberikan. Antibiotik tak lupa disertakan, dapat disertakan dalam puyer atau pun dalam bentuk sirup yang terpisah. Lihatlah 2 contoh resep di bawah ini:

Resep yg sisi kiri diberikan pada bayi 1 bulan, ASI eksklusif, dgn keluhan “flu”. Resep sisi kanan diberikan pada bayi 3 bulan, ASI eksklusif, dengan diare akut, tanpa perdarahan. Rasionalkah? Kedua resep puyer ini mengandung Luminal, obat anti kejang, untuk apa bayi batuk pilek atau diare dapat obat anti kejang? Efek sampingnya amat berbahaya: perlambatan irama jantung, tekanan darah rendah, henti napas dan depresi sistem saraf pusat. Rewel bukan indikasi pemberian obat anti kejang, rewel lumrah terjadi saat sakit, tenangkan dengan menyusui. Kedua resep ini juga mengandung antibiotik (eritrhomycin dan nifural) yang sama sekali tidak diperlukan. Obat-obat lain dalam resep ini juga tidak ada pada pedoman batuk pilek dan diare tanpa perdarahan.
Gejala batuk pilek demam dan diare sebagian besar disebabkan oleh virus. Virus ini pada umumnya adalah self limiting disease atau sembuh sendiri. Sementara antibiotik HANYA dapat mematikan atau melemahkan 
bakteri, 
bukan virus. Antibiotik tidak dapat mengenali mana bakteri baik dan mana yang jahat, sehingga bakteri baik akan selalu ikut dihantam oleh antibiotic yang dikonsumsi anak kita. Sia-sia lah usaha mengumpulkan bakteri baik dari proses IMD dan ASI eksklusif. Semakin sering anak minum antibiotik, semakin sering ia sakit, karena berkurangnya bakteri baik yang membantu pertahanan tubuh. Penggunaan antibiotik secara tidak rasional juga menyebabkan timbulnya resistensi atau berubahnya sifat bakteri menjadi tahan terhadap antibiotik sehingga suatu saat kita dapat kembali ke era sebelum antibiotik ditemukan. Antibiotik menyelamatkan hidup, maka kita harus menyelamatkan antibiotik dengan menggunakannya secara rasional. Bila tidak ada indikasi untuk pemberian antibiotik, STOP segera, tidak ada isitilah “terlanjur minum antibiotik”, sebaliknya bila memang ada indikas taati aturan minumnya dengan baik.
Ayah dan ibu sekalian, batuk pilek demam dan diare sampai tahap tertentu sesungguhnya adalah cara tubuh untuk bertahan ketika virus masuk ke dalam tubuh (infeksi virus). Batuk menjaga supaya jalan napas bersih dari lendir yang dihasilkan lebih banyak ketika ada infeksi virus dan batuk juga menjaga supaya kuman baru tidak masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan di saat tubuh sedang berusaha melawan virus yang sudah masuk. Begitu juga dengan pilek, tubuh berusaha mengeluarkan virus melalui lendir yang diproduksi hidung. Pilek yang mulai kehijauan sama sekali tidak berarti bahwa ada infeksi bakteri. Kehijauan semata-mata karena banyak sel darah putih yang terkandung dalam lendir yang bereaksi dengan oksigen yang terjadi justru di akhir masa sakit atau dalam proses penyembuhan. Bila hidung tersumbat, ASI dapat diteteskan pada lubang hidung untuk membantu mengurangi sumbatan karena ASI mengandung anti infeksi dan anti radang.
Bagaimana dengan demam ? Demam adalah tanda bahwa pertahanan tubuh sedang bekerja. Setiap kali ada kuman masuk ke dalam tubuh, secara otomatis tubuh akan bereaksi dan reaksi ini menghasilkan zat yang menyebabkan suhu tubuh naik. Suhu tubuh yang naik ini juga membuat sel pertahanan tubuh dapat bekerja lebih optimal. Oleh karena itu kita tidak disarankan untuk mengobati demam yang ringan agar masa sakit dapat berlangsung lebih singkat karena tubuh diberi kesempatan untuk melawan si kuman. Benar bahwa demam dapat menyebabkan dehidrasi dan kejang, oleh karena itu perlu dipantau, diberi cairan lebih banyak (ASI lebih baik), dikompres hangat dan diberi obat demam hanya bila suhu di atas 38,5&derC (pada anak usia 1 tahun atau lebih). Diare akut tanpa perdarahan umumnya disebabkan juga oleh virus. Diare membantu tubuh membuang virus yang masuk, sehingga pemberian anti diare pada anak tidaklah dianjurkan oleh WHO. Tata laksana diare yang utama adalah mengganti cairan yang keluar. ASI adalah pengganti cairan terbaik, oralit dapat diberikan jika diperlukan.
Pedoman tata laksana kasus bagi dokter maupun bidan dan perawat sebenarnya telah lama ada. WHO telah mengenalkan Manajemen Terpadu Balita Sakit untuk bidan dan perawat. Untuk dokter WHO telah mengenalkan Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Sebetulnya dengan mematuhi pedoman yang ada, rasionalitas tata laksana yang dilakukan tenaga kesehatan dapat lebih terarah. Namun, hal ini juga memerlukan kerjasama dari para ayah dan ibu. Tekanan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan resep, terutama resep tertentu seperti antibiotik atau puyer atau vitamin botolan kerap terjadi (vitamin jauh lebih baik yang berasal dari ASI dan buah bukan?). Tahukan ayah ibu, bahwa Indonesia adalah satu-satunya Negara yang masih meresepkan obat berbentuk puyer. Puyernya sendiri tidak terlalu masalah, yang berbahaya adalah praktik mencampur aneka obat menjadi satu yang belum tentu diperlukan bayi kita. Padahal berdasarkan pedoman untuk tata laksana kasus-kasus ringan yang saya ceritakan di atas tidak memerlukan peresepan apapun, kecuali untuk obat anti demam bila ada indikasi. Setiap kunjungan ke tenaga kesehatan, pastikan buah hati kita mendapatkan hanya yang terbaik.
ASI adalah investasi yang luar biasa bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak kita, jangan sampai penggunaan obat yang tidak rasional merusak investasi ini. Mari kita bersama mengusahakan agar setiap anak Indonesia mendapatkan semuanya serba Standard Emas, tidak saja soal feeding, tapi juga ketika sakit dia mendapatkan tata laksana yg berstandar emas: bedasarkan pedoman, berbasis bukti yang kuat. Hanya yang terbaik yang pantas kita berikan bagi anak-anak kita bukan ? Hidup ASI, Hidup POR !!

Jumat, 11 Januari 2013

Challange di 2013

Saat performance appraisal di tahun 2012 kemarin, pak bos memberi masukan untukku bahwa aku harus lebih memperbaiki SDM di bagianku. Aku merasa memang tantangan berat untuk memperbaiki SDM ini. Sejak tahun 2010 aku di percaya untuk memegang kendali di warehouse ini memang tantangan terberat adalah SDMnya. Selain karena anak buahku adalah laki - laki semua , mereka juga orang lapangan yang terbiasa dengan kerja "uncontrol". Yang penting bagi mereka adalah kerja beres, sistem tidak terlalu di hiraukan, tidak ada inisiatif apalagi kreatifitas seakan robot yang di perintah baru mau jalan. Jangan tanya soal disiplinnya....hufttt. Kalo jam kerja kantor jam 08.00 - 17.00 dengan istirahat di jam 12.00 - 13.00, mereka bikin kesepakatan sendiri, akan serempak istirahat di jam 10.00 dan jam 15.30 , dan masing - masing  setengah jam break.

Sepertinya cara kerja mereka seperti itu sudah bertahun - tahun dan atasan yang lalu tidak bisa mengendalikannya. Sempat ganti atasan di tahun 2009, dengan bawaan ketat, disiplin super keras, dan yang ada malah mereka memberontak. Banyak kesalahan di pekerjaan dan akhirnya membuat jelek tim mereka sendiri.

Secara perlahan aku mendekati mereka, face to face dengan mereka untuk menggali kepribadian dan cara menangani mereka. Memang butuh waktu lama, tapi aku yakin kalo aku mulai dengan cara keras lagi hasilnya akan sama dengan yang lalu. Mereka butuh pendekatan, komonikasi dengan atasan. Dengan cara ini aku masukkan motivasi, semangat , dan sekaligus sistem kerja yang benar. Untuk menyelesaikan masalah disiplin aku libatkan HRD agar bisa menyampaikan peraturan kerja secara umum.Wuihhhh tantangan berat secara yang dihadapi adalah manusia yang punya rasa dan dari latar belakang macam - macam.Tapi aku yakin mereka akan mampu aku ajak bekerjasama dan memang tekadku untuk memperbaiki mereka meskipun aku seorang wanita yang membawahi banyak lelaki.

Dua tahun terakhir ini udah cukup banyak perubahan pada mereka, tidak lagi istirahat diluar waktunya, mereka sudah mengerti alur sistem kerja. Walaupun masih banyak yang harus dibenahi di sana sini. Dan kalaupun bosku menganggap usahaku belum cukup, aku terima dengan lapang dada. Sekarang yang ada di benakku cara mengontrol mereka, dengan rutinitas , dengan sidak. Terkadang malam hari aku terbangun dan memikirkan mereka. Aku harus berhasil , aku harus bisa.

Itu challangeku di kantor,bagaimana challange di rumah???

Ini tugas berat juga, Fakhry tahun ini sudah mulai SD. Dan di jember belum ada SD yang aku minati, aku impikan seperti sekolah Laskar Pelangi, seperti "Sekolahnya Manuasia"nya pak Munif Chatib. Sekolah yang mementingkan membentuk akhlak, mendidik anak sesuai bakat dan minat mereka, sesuai kemamuan mereka. Sekolah yang tidak membantai kreatifitas anak dengan kurikulumnya.

Fakhry rencananya akan masuk SD Al - Amien,full day schooll. Pertimbangan kami  dengan full day school Fakhry akan lebih teratur, pulang di jam15.30 sudah selesai salat Ashar dan mengaji. Daripada pulang jam 13.00 dan sorenya masih keluar rumah lagi untuk mengaji. SD ini juga masuk jam 07.30, tidak terlalu pagi seperti SD yang lain jam 06.30 or 06.45, tidak ada PR sehingga tidak membebani siswa yang sudah seharian belajar. Hari Sabtu sampai jam 12.00 untuk olahraga dan seni saja. Diawali dengan salat Dhuha berjamaah sebelum pelajaran,semoga meningkatkan semangat Fakhry untuk beribadah.

Memang aku tidak berniat menyekolahkan Fakhry di SD negeri  yang berlabel standart Internasional. Menurut pengamatanku SD tsb hanya mengurung kreatifitas anak didiknya. Paling tidak aku tidak ingin memaksa Fakhry untuk terjebak dalam kurikulum, aku ingin Fakhry berkembang sesuai bakat dan minatnya sendiri sehingga kelak dia mendapat profesi sesuai dengan dia inginkan sesuai dengan hatinya.

PRku lagi, aku ingin mengurangi marah - marah dan ngomel - ngomel pada anak - anak hiksss.... Rasanya berdosa sekali kalo ingat marah - marah yang dulu. Pernah baca , caranya dengan meninggalkan dulu anak - anak saat kita sedang marah, masuk kamar, masuk toilet juga kalee ya...haduhhh pokoknya harus BISA.

PR lagi sebagai istri..... aduhhh banyak PR.Tar deh nulisnya lanjut lagi ...sekarang back to work dulu

 
Elegant Rose